Uranus: Misteri 28 Detik yang Membuat Ilmuwan Salah Mengukur Waktu Hari!

Photo of author

By Gusun Fawaida

Sarumpun.com – JAKARTA – Pemahaman tentang durasi satu hari pada Uranus ternyata salah. Pengukuran paling akurat yang dimaksud pernah dilaksanakan menunjukkan bahwa satu hari penuh di tempat Uranus berlangsung selama 17 jam, 14 menit, dan juga 52 detik.

Ini 28 detik lebih banyak lama dari yang mana dikira sebelumnya, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Voyager 2 ketika melintas Uranus pada tahun 1986. Perbedaan ini kemungkinan besar tampak kecil, tetapi dampaknya sangat besar.

:Pengukuran kami tidak ada belaka memberikan referensi penting bagi komunitas ilmu planet, tetapi juga menyelesaikan kesulitan yang telah dilakukan lama ada: sistem koordinat sebelumnya yang dimaksud didasarkan pada periode rotasi yang telah ketinggalan zaman dengan cepat menjadi tak akurat. Sehingga tidak ada mungkin saja untuk melacak kutub daya tarik Uranus dari waktu ke waktu,” jelas astrofisikawan Laurent Lamy dari Observatorium Paris.

Uranus kemudian Neptunus adalah dua dunia terluar dari Tata Surya, miliki jarak terjauh dari Matahari daripada planet-planet lainnya. Uranus berjarak dua kali lipat jarak orbit Saturnus; Neptunus lebih tinggi dari tiga kali lipat jarak orbit Saturnus.

Uranus: Misteri 28 Detik yang mana Membuat Ilmuwan Salah Mengukur Waktu Hari!

Karena jaraknya yang dimaksud sangat jauh, Uranus serta Neptunus tampak kecil serta redup, yang digunakan memproduksi mereka itu sulit untuk dipelajari. Selain itu, jarak yang disebutkan menimbulkan perjalanan pesawat ruang angkasa menjadi lebih besar lama.

Artinya, informasi tentang raksasa es Tata Surya bagian luar terbatas, kemudian kemungkinan besar berpotensi bias oleh kondisi khusus yang tersebut mempengaruhi planet-planet pada ketika melintas.

Salah satu permasalahan terbesar adalah, tanpa panjang hari yang dimaksud akurat, orientasi kutub daya tarik Uranus hilang belaka beberapa tahun setelahnya melintasnya Voyager 2.

Untuk mengukur ulang panjang hari Uranus, ilmuwan melakukan studi yang tersebut cermat terhadap data yang digunakan dikumpulkan oleh Teleskop Luar Angkasa Hubble antara tahun 2011 juga 2022. Dalam rentang waktu tersebut, teleskop berulang kali mengamati aurora ultraviolet planet, yang mana dihasilkan seperti aurora dalam Bumi.

Partikel-partikel yang digunakan dibawa oleh angin matahari menghantam magnetosfer planet, serta dibawa pergi serta ditingkatkan kecepatannya di area sepanjang garis-garis medan daya tarik ke garis lintang kutub, di area mana merek dibuang ke atmosfer bagian atas.

Interaksi antara partikel-partikel di dalam atmosfer lalu partikel-partikel matahari yang masuk menciptakan cahaya di tempat langit.

Leave a Comment