Sarumpun.com – LOMBOK – PLN Indonesia Power ( PLN IP ) memanfaatkan beragam limbah untuk dijadikan materi baku biomassa sebagai energi primer pembangkit melalui inisiatif cofiring. Melalui acara ini, PLN IP tak cuma menggalang upaya pencapaian target Net Zero Emission (NZE), namun juga berkontribusi pada peningkatan perekonomian warga kemudian penyelesaian hambatan limbah.
Upaya ini juga merupakan wujud komitmen korporasi untuk memberikan pelayanan terbaik melalui pasokan energi bersih bagi pelanggan pada momen Hari Pelanggan Nasionan (HPN). Penerapan inisiatif cofiring ini dijalankan pada unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), salah satunya yaitu di area PLTU Jeranjang dengan kapasitas 3×25 MW, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Baca Juga: Co-Firing Biomassa PLTU Gunakan Limbah Kayu Karet
Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra menyatakan PLN Indonesia Power berazam membantu percepatan transisi energi guna membantu eksekutif di mencapai target NZE 2060, bentuk dukungan yang disebutkan pada antaranya dengan menjalankan inisiatif cofiring, seperti yang mana diterapkan pada PLTU Jeranjang.
“Kami memanfaatkan apa sekadar yang digunakan sanggup dijadikan material baku biomassa untuk menjalankan inisiatif cofiring yang dimaksud bisa jadi meningkatkan porsi energi baru terbarukan pada sektor kelistrikan,” kata Edwin, hari terakhir pekan (6/9/2024).
Dalam menjalankan acara cofiring di dalam PLTU Jeranjang, PLN Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Jeranjang telah dilakukan memanfaatkan beragam limbah mulai dari woodchip, serbuk kayu atau sawdust, hasil olahan sampah atau solid recovered fuel (SRF) kemudian Limbah Racik Uang Kertas (LURK).
“Bahan baku biomassa yang dimaksud kami peroleh dari sekitar PLTU Jeranjang yang mana sebagian besar tak dimanfaatkan sebelumnya,” tutur Edwin.
Edwin mengungkapkan, inisiatif cofiring pada PLTU Jeranjang sudah ada dilaksanakan sejak 2019 diawali tahapan uji coba bakar SRF kemudian terus tumbuh dengan memanfaatkan beragam jenis biomassa, ketika ini porsi konsumsi biomassa pada PLTU Jeranjang telah dilakukan mencapai lebih lanjut dari 3 ribu ton per bulan atau 2,5 persen dari total konsumsi batu bara pembangkit tersebut.
“Secara akumulatif total konsumsi biomassa PLTU Jeranjang sepanjang 2024 sampai dengan Agustus ini mencapai 15.796 ton, kami berupaya terus meningkatkan pemanfaatan biomassa untuk mengoptimalkan pengurangan emisi karbon yang mana dihasilkan dari pembakaran batu bara,” ujar Edwin.
Baca Juga: Motor 150cc Bakal Dilarang Isi Pertalite Ini adalah Daftar Harga BBM September 2024
Menurut Edwin, dengan diterapkannya kegiatan cofiring yang disebutkan PLTU Jeranjang menjadi salah satu pembangkit penyumbang green energy di tempat NTB. Pasalnya, PLTU Jeranjang merupakan salah satu tulang punggung kelistrikan dalam wilayah Lombok.
“Dalam sistem kelistrikan Lombok, PLTU Jeranjang memegang peran penting dengan porsi sebesar 20 persen, jadi kami mengupayakan agar PLTU ini selalu andal pada memasok listrik ke pelanggan Disamping itu, penerapan cofiring di tempat pembangkit ini juga dapat menekan emisi karbon yang mana dihasilkan dari sektor kelistrikan,” tambah Edwin.
Selain membantu inisiatif transisi energi untuk mengejar target Net Zero Emission pada 2060, pemanfaatan biomassa pada PLTU Jeranjang juga berdampak positif pada sosial dan juga lingkungan.
Pemanfaatan substansi baku biomassa yang digunakan didapat dari sekitar pembangkit dapat meningkatkan nilai ekonomis limbah, hal ini otomatis berdampak pada peningkatan pendapatan penduduk dan juga membuka lapangan kerja baru bagi warga yang terlibat. Selain itu, inisiatif ini juga dapat membantu menyelesaikan permasalah sampah kota.