Sarumpun.com – TJ Doheny si pembunuh petinju Jepang, next, Monster KO Naoya Inoue akan menjadi korban berikutnya. Tapi, jangan katakan untuk TJ Doheny bahwa ia diunggulkan melawan Naoya Inoue. Ia tiada tertarik.
Jangan katakan untuk petinju Irlandia yang dimaksud berbasis di tempat Australia ini bahwa ia tidak ada layak mendapatkan kesempatan itu. Ia tidaklah peduli. Jangan katakan padanya bahwa ia tidaklah akan menang melawan bintang Jepun itu. Ia tidak ada akan percaya.
Petinju kidal yang tersebut rutin menghindar dari media ini berusia 37 tahun dan, memasuki pertarungan terbesar di hidupnya, memiliki rekor 26 kemenangan juga empat kali kalah. Ia juga mendapat julukan ”Pembunuh Jepang”, setelahnya kumpulan penampilan impresif di tempat laga tandang – termasuk merebut gelar kejuaraan Juara Planet pada kunjungan pertamanya ke Timur Jauh pada tahun 2018, pada waktu ia mengejutkan Ryosuke Iwasa di 12 ronde.
Jepang mungkin saja akan kembali mengunggulkan kemenangan bagi Inoue ketika kedua petarung ini bertemu pada hari Selasa, namun selama persiapannya, Doheny telah lama diperlakukan dengan penuh penghormatan dan juga respek – bukan semata-mata oleh sebab itu budaya, namun juga sebab hati, semangat lalu pengalamannya di area sana.
Julukan Japanese Assassin atau Pembunuh Negeri Sakura adalah sebuah julukan yang dimaksud penuh penghormatan, tidak sebuah label yang mana tidak ada disukai. ”Laga pertama saya dalam di tempat ini adalah pada waktu saya merebut gelar kejuaraan Juara Dunia, maka itu menjadi tempat yang dekat dengan hati saya dan juga saya terus-menerus diterima dengan sangat baik oleh para penggemar Jepang,” kata Doheny ketika waktu terus berjalan menuju waktu malam pertandingan dalam Ariake Arena, Kotu-Ku. “Saya benar-benar menikmati pertarungan dalam di sini lalu saya juga seperti tampil dalam luar kebiasaan saya,”paparnya.
”Jepang akan setiap saat memiliki tempat yang digunakan spesial di area hati saya, lantaran saya meraih mimpi di karier saya di tempat sini, namun saya rasa bukanlah hanya sekali Negeri Sakura hanya [yang akan membantunya melawan Inoue]. Saya kira ini tergantung pada pengalaman pada karier saya; sebagian besar karier saya telah lama saya jalani dan juga berlaga di dalam laga tandang, maka saya kira ini tergantung pada hal itu. Saya tiada pernah benar-benar terpengaruh dengan menjadi petarung tandang atau berada di dalam lingkungan yang dimaksud bukan bersahabat, tiada seperti pada Jepang. Namun saya kira itulah intinya – pengalaman kemudian menjadi individu pejuang tandang, anda tahu?”
Pengalaman itulah yang mana membuatnya siap menghadapi Inoue, sang juara divisi featherweight kategori junior tak terbantahkan, kemudian ini adalah laga yang tersebut tak datang secara tiba-tiba bagi Doheny. Ia membuka event ini pada Tokyo Dome pada bulan Mei lalu, ketika Inoue naik ke berhadapan dengan panggung untuk menyerang petarung Meksiko Luis Nery, lalu menghentikan atlet Filipina yang mana miliki keunggulan di empat ronde.
Laga yang disebutkan kemungkinan besar merupakan uji coba untuk menguji kemampuan Doheny dalam Jepang, lalu hal itu jelas terlihat. Doheny lalu timnya, termasuk manajer pertarungan Mike Altamura, berharap pertarungan melawan Inoue dapat terjadi. ”Kami menyilangkan jari di dalam belakang punggung kami, berharap,” lanjut Doheny, terhadap BoxingScene.
”Kami membutuhkan bintang-bintang untuk bersatu. Ada sejumlah hal yang jatuh ke pangkuan kami serta menimbulkan pertarungan itu terjadi. Kami berharap itu akan terjadi. Saya rasa saya layak mendapatkan kesempatan itu. Saya telah terjadi berada dalam di sini untuk memacu para bintang ke tempatnya, tidak seperti para pemain lain yang duduk pada pinggir lapangan dan juga berharap para bintang akan bersatu. Saya pikir, di hal itu, saya pantas mendapatkannya. Namun, ada juga faktor-faktor lain yang tersebut bukan terjadi, sehingga hal yang dimaksud jatuh ke pangkuan kami.”